Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 30 November 2015

Mahasiswa Semester 5

Oleh : B.S.H.
Menjadi mahasiswa adalah sesuatu yang (bisa jadi) membanggakan sekaligus "memalukan" bagi setiap pencari kehidupan melalui ilmu pengetahuan. Membanggakan adalah ketika kita bisa menerapkan apa yang kita pelajari selama menjadi mahasiswa dan kita bisa mempertanggungjawabkannya. Sedangkan akan menjadi memalukan jika kita tidak bisa menyelesaikan ataupun menjawab pertanyaan perihal konsentrasi apa yang kita ambil selama menjadi mahasiswa. Hal ini pun tak luput dari apa yang dialami oleh mahasiswa semester 5. Semester dimana mengharuskan mahasiswa untuk memilih bertahan menjadi mahasiwa atau keluar dari zona mahasiwa dan berbaur dengan masyarakat, entah menjadi pengusaha ataupun menambah jumlah beban negara.
Banyak mahasiswa (termasuk saya), baik yang aktif maupun pasif, yang suka berdiskusi maupun suka menggosip, yang hobi demo maupun hobi membaca, mulai sedang mempersiapkan diri untuk segera mengakhiri perkuliahannya dan mencapai akhir dari gelar mahasiswa ini. Mereka yang pasif mulai menjadi aktif, yang aktif semakin aktif (walau pun ada yang menjadi pasif), yang tidak paham mulai mencari pemahaman dari ilmu yang sedang ia pelajari saat ini. Ada yang mulai mengikuti seminar dan kegiatan lain untuk mendapatkan sertifikat demi pemenuhan syarat kerja, ada pula yang tiba-tiba sering muncul di perpustakaan demi membaca buku untuk mencari ilham tentang judul skripsinya dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa di semester 5 ini.
Banyak kejadian  sebenarnya – entah mau dibilang lucu atau menyedihkan- yang dialami oleh mahasiswa semster 5 ini. Mereka dianggap senior di kampus karena mahasiswa diatas mereka sudah jarang terlihat di kampus akibat memikirkan cara tercepat selesai dari gelar ini. Entah terjadi di kampus atau fakultas lain, tapi ini saya alami di kampus khususnya di fakultas (hukum) saya. Kami sempat membuat ikrar tidak akan mengeluh selama masa perkuliahan karena ini adalah pilihan yang kami inginkan. Tapi keluhan itu keluar juga akhirnya di semester 5 ini. Banyak yang beranggapan semester 5 adalah semester dimana tingkat keteguhan dan kesabaran mahasiswa di uji. Mulai dari dosen yang mulai mengerikan dalam memberikan tugas maupun ujian hingga di pusingkan dengan semakin dekatnya akhir dari masa menjadi mahasiswa dan harus menyusun skripsi atau pun tugas akhir. Yah ada yang mengambil jalan pintas dengan menikah saja ada pula yang menjadi pengusaha saja.
Namun ini lah kami mahasiswa semester 5 dengan segala dinamikanya, dituntut paham akan segala ilmunya, serta di tuntut agar segera kelulusanya. Terkadang rasa malu menghampiri akibat dari ketidaktahuan tentang ilmunya serta penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Hanya satu pesan saya, tetap semangat kawan, semester 5 pasti berlalu. Tapi ingat semester 6 dan 7 serta masyarakt sudah menantimu.
Selengkapnya...

Kamis, 12 November 2015

Selamat Hari Ayah: Untuk Para Ibu yang Menjadi Ayah

Oleh : B.S.H.
Hari ini (12 November) entah dari mana awalnya di Indonesia di rayakan sebagai hari ayah (sekaligus hari Kesehatan Nasional). Banyak orang-orang yang beramai-ramai memasang status perihal ayahnya yang menjadi “hero” baginya serta memasang foto-foto mereka bersama ayahnya. Ayah memanglah seorang pahlawan dan menjadi pelindung bagi keluarga. Seorang ayah adalah kawan yang baik untuk anak laki-laki dan “pacar” dan kawan yang baik untuk anak perempuan. Walaupun kadang-kadan seorang ayah menjadi protektif untuk anak perempuan tapi kenyataannya mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk melindungi serta menjaga anak perempuannya. Tapi kadang anak perempuan malah salah menafsirkan hal tersebut malah menganggap buruk tentang ayahnya dan menganggap terlalu mengekang diirnya. Adapun untuk laki-laki seroang ayah adalah kawan yang terbaik serta tempat “meminta” uang paling cepat.

Ayah terbaik memanglah pantas diangkat menjadi pahlawan dalam keluarga, tapi bagaimana dengan sosok ayah yang “buruk” pantaskah kita merayakan hari ayah ? Ayah yang tidak bertanggungjawab atas keluarganya tidaklah pantas (menurut penulis) untuk dipuja ataupun dipuji.  Namun bagaimanapun dia tetaplah seorang ayah bagi seorang anak, tak mungkin bisa dipungkiri.

Justru bagi mereka yang telah ataupun tidak punya sosok ayah yang menjadi pahlawan ataupun kawan hargailah Ibu yang menjadi sosok “ayah” dan menjadi malaikat yang diturunkan Sang Pencipta untuk melindungi serta menjadi superhero mu. Ibu yang telah (sedang) berusaha untuk membahagiakanmu, menjadi tangga awal mencapai cita-citamu, menjadi tulang punggung di keluargamu. Jangan kau sekali-kali abaikan pengorbanannya dengan mengesampingkannya dengan hal lain (selain Tuhanmu). Tidak perlu bersedih karena kau tidak punya sosok superhero (ayah) di keluargamu, justru bahagialah karena kau masih punya ibu yang kuat mendampingi mu. Untuk kalian yang masih punya keduanya, syukurilah dan jagalah keduanya agar tetap bersama mendampingimu, jangan pernah mengeluh akan suatu hal yang mereka lakukan untuk kebaikanmu.

Selamat hari ayah untuk para ibu yang menjadi “ayah” untuk keluarganya. Tetaplah berjuang, dan teruslah bersabar hingga anak-anakmu sukses dan mencontoh betapa kuatnya dirimu serta betapa hebatnya dirimu dalam menjadi superhero.
Selengkapnya...
 

#About

Hai, terimakasih telah berkunjung. Saya adalah bongkahan kesederhanaan yang diberi nama Bagus Setiawan Hardono. Berasal dari desa Muntoi Timur, Bolaang Mongondow, Sulawasi Utara

#Blogroll


#Blogger news