Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 27 Desember 2015

Hujan di Bulan Desember

Oleh : B.S.H.
Dia datang dari langit, membawa tanda kehidupan
dia memberi harapan sekaligus memberikan siksaan
dia ada karena suatu alasan
dialah hujan, hujan di bulan desember.

Kehadiraanya membawa air,
air untuk mereka yang kehausan akan cairan.
Kehadirannya mebawa kenangan
kenangan untuk mereka yang kehausan akan masa lalu.

Tiada maksud menghina Sang pencipta hujan,
tiada maksud menolak kedatanganya
serta tiada maksud pula untuk meprotes kebijakanNya.
Namun, aku benci dengan hujan ini !

Dia datang membawa kunci kenangan masa lalu,
membuka kamar yang selama itu tertutup,
kamar yang tak pernah selesai dan tiada pula niat untuk menyelesaikannya.
Kamar itu sering mereka sebut dengan hati, hati yang telah penuh.

Tuhan, aku tau ini adalah akibat dari sebab yang aku buat,
aku mencoba menyuapMu dengan janji masa depan di masa laluku.
namun, tidakah kau lihat aku tersiksa ? tidak kau kau lihat aku sengsara ?

Aku tak ingin mengutuknya, ataupun mengutukMu Tuhan
Aku benci hujan ini, hujan di bulan desember ini.
Hentikanlah dia Tuhan, atau cabut kenangan yang ia bawa
kenangan akan dirinya
Selengkapnya...

Selasa, 22 Desember 2015

IBU

Oleh : B.S.H.
Satu kata yang bermakna lebih dari seribu
Sumber dari segala rindu
Awal mula dari suatu yang baru
itulah sang ibu

Dia melahirkan sekaligus memberi pelajaran
dia yang menyayangi dan memberi kasih sayang
mengajarkan sebuah arti dari perjalanan
sumber do’a yang menembus awan

Cintamu merapakan tak pernah terbatas,
tak pernah berujung hingga akhir zaman
bahkan jika dunia memisakan
abadi cintamu akan tetap ada

Ibu, tiada henti kau untuk berjuang,
berjuang untuk anak-anakmu tersayang
bahkan matahari dan rembulan kau kalahkan
untuk anak-anakmu tersayang

Surga berada dibawah kakimu
menjelaskan betapa tingginya derajatmu.
murka Tuhan adalah Murkamu
bagi putra putrimu yang menghianatimu.

Ibu, maafkan aku tiada pernah berucap cinta kasih sepertimu
benci telah menenggelamkan semua ajaran sayangmu
amarah telah membutakan cinta yang kau tujukan padaku
serta rindu telah menyesatkanku

Jika boleh memilih
aku ingin berada di sampingmu ibu.

Bertanya tentang semua yang pernah kau ajarkan dulu
mengeluh akan semua keluhanku.
Namun aku sadar, pertanyaan dan keluhan itu harus kusimpan dahulu
demi menyelesaikan tugas yang aku janjikan padamu
tugas untuk membanggakanmu, sabagai anakmu.


Bantul, 22 Desember 2015
Selengkapnya...

Senin, 21 Desember 2015

Kaki di Kepala, Kepala di Kaki

Kata ini mungkin cukup familiar bagi para kaum pemuda ataupun pemudi yang menyukai group band peterpan atau yang sekarang telah bergati nama menjadi Noah, karena kalimat itu merupakan potongal lirik dari lagu mereka yang berjudul “Di atas Normal”. Namun saya bukan ingin membahas lagu ataupun group band mereka, saya hanya tertarik dengan kalimat tersebut dan saya ingin meminjam –jika di izinkan- kalimat tersebut dari mereka untuk di gunakan sebagai inspirasi dari kegelisahan saya saat ini.
Tidak mengajarkan untuk melakukan salto atau berjungkil balik, namun kalimat tersebut bisa kita gunakan kedalam kehidupan kita, bahkan kita harus menggunakan dan menerapkannya. Entah apa ada arti lain dari kata tersebut dari pihak peterpan namun jika saya –boleh- mengartikan sendiri, kata tersebut mengajak kita untuk melihat dunia dari sisi lain, melihat dunia dari cara yang berbeda, melihat dunia dari sisi yang terbalik.
Kita terkadang dalam membaca dan melihat peristiwa yang terjadi di dunia ini hanya berdasarkan opini publik, jika publik berkata baik maka kita akan berkata baik pula, namun jika publik berkata buruk, maka kita akan berkata bahwa itu buruk pula. Namun itulah yang mereka inginkan, yang mereka katakan demokrasi, dimana suara mayoritas adalah suara dari semuanya dan harus di benarkan adanya.
Bisa dilihat dari contoh sederhana tentang apa yang terjadi di Paris, Prancis –bukan bermaksud menyalahkan- di mana sekelompok teroris melakukan serangan secara acak kepada setiap orang yang ada di sekitarnya dan membunuh banyak orang dalam waktu beberapa jam. Dunia seketika gempar mendengar kabar tersebut dan (hampir) seluruh dunia mengutuk perbuatan yang di lakukan sekelompok orang –yang entah siapa- tersebut. Namun di sisi lain mereka diam saja ketika melihat negara-negara lain di serang, dijajah, serta di bunuh warga negaranya setiap hari, seperti Palestina. Dunia tidak pernah mengutuk perbuatan yang jelas tidak berperikemanusiaan tersebut, dunia bahkan seolah berpaling dari mereka. Ini membuat saya tertawa sekaligu prihatin melihat betapa bodohnya orang-orang yang hanya bisa melihat di satu sisi tanpa bisa memperhatikan sisi yang lainnya.
Semakin lucu lagi ketika para mahasiswa yang katanya agen perubahan, penerus estafet kepemimpinan bangsa hanya bisa melihat dari satu sisi tanpa pernah mencoba mencari sisi yang lainnya. Terkadang para mahasiswa –sebagian- hanya peduli tentang apa yang menjadi pembicaraan di publik dan langsung menindakinya tanpa pernah menelaah dan mencerna kebenaran dan kepastian pembicaraan publik itu. (Banyak) mahasiswa saat ini mulai kehilangan daya kritisnya karena hanya mengikuti satu sisi pandangan dunia dan tak pernah melihat pandangan dunia yang lainnya. Terlalu fokus di satu sisi tanpa pernah melihat sisi sebaliknya.
 Saya hanya berfikir –dengan sedikit kekhawatiran-, tidakkah kita bisa mencontoh apa yang di katakan dalam lirik lagi peterpan tersebut bahwa kaki di kepala kepala di kaki agar kita bisa melihat dunia dari sisi yang berbeda. Ketika orang berkata baik tentang paa yang terjadi di dunia mungkin kita bisa melihat dari sisi yang lain bahwa apa yang terjadi itu adalah baik, atau mungkin sebaliknya.
Namun, saya masih berharap itu hanyalah sebuah kekhawatiran saya sebagai salah satu dari mahasiswa. Semoga kekhawatiran akan (maaf) bodohnya mahasiswa ini bukanlah hal nyata dan tak pernah terjadi. Jika pun terjadi maka mungkin masih ada waktu untuk kita –para mahasiswa- melihat dari sudut pandang yang berbeda, jangan hanya melihat dari satu sisi karena masih banyak sisi lain yang belum kita lihat.
Selengkapnya...
 

#About

Hai, terimakasih telah berkunjung. Saya adalah bongkahan kesederhanaan yang diberi nama Bagus Setiawan Hardono. Berasal dari desa Muntoi Timur, Bolaang Mongondow, Sulawasi Utara

#Blogroll


#Blogger news