Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 19 Maret 2018

Resensi, Iblis Menggugat Tuhan


Pengarang      : Da’ud Ibn Ibrahim al Shawni
Penerjemah    : Bima Sudiarto & Elka Ferani 
Penerbit          : Dastan Books, Jakarta. Cet. I, Oktober 2013
Tebal Buku    : 276 halaman
Pengulas         : Bagus S. Hardono

“…… Ketahuilah, sesungguhnya keesaan Allah itu tersembunyi dari menara logikamu. Singkirkan keraguanmu. Pengetahuna tentang keesaan Allah sungguh berbahaya dan yang mencari mudah sekali tersesat. Engkau mungkin tak akan sanggup menaggung beratnya pengetahuan yang engkau inginkan…..” (hal.38)

Kecintaan dan kepatuhan Iblis kepada Allah telah meninggikan derajatnya setinggi malaikat yang hanya dicipta tunduk dan patuh menjalankan perintah-Nya. Namun setelah penciptaan manusia yang menurut pendapat malaikat akan membawa kehancuran pada dunia, Iblis telah dikutuk dan dikeluarkan dari surga, kecintaan dan kepatuhannya berubah menjadi kutukan seketika hanya karena kesombongannya.

Namun benarkah akibat karena kesombongannya yang mengatakan bahwa “aku terbuat dari api, sedang dia (Adam) hanya terbuat dari segumpal tanah” kesetiaan Iblis selama kurang lebih 700 tahun berbalas dengan kutukan dari Tuhan yang maha pengasih? Atau itu hanya menjadi bahagian dari skenario Tuhan seperti halnya alasan yang dikemukakan Tuhan kepada malaikat bahwa Dialah yang paling tau apa yang makhluk tidak ketahui.

Seandainya pada saat itu Nabi Adam telah diberikan kebebasan berfikir dan memberikan pendapat, akankah dia merasa kasihan kepada Iblis dan membiarkan iblis tidak sujud di depannya? Sungguh kita tak tau, kita hanya bisa menerka, menganalogi, dan mengandaikan kejadian-kejadian dengan permisalan yang bisa kita terima atau masuk akal bagi kita. Sesungguhnya logika makhluk terbatas dan tak bisa menaksir segala sesuatu atau menjelaskan segala sesuatu yang ada disekitarnya, apalagi menerka keputusan Tuhan. Hal itulah yang Shawni coba sampaikan kepada kita (menurut saya). Dengan luwes Shawni mendeskripsikan percakapan antara Iblis dan pendeta Buhairah paska pendeta tersebut bertemu nabi Muhammad SAW dan mengklarifikasi tanda-tanda kenabian yang ada pada beliau dan menjelaskan penganalogian dan keterbatasan analogi makhluk ciptaan.

Buku ini berisi dua kisah yaitu pertama tentang pertemuan dan percakapan antara Iblis dan Buhairah ketika Nabi Muhammad meninggalkan Buhairah di sebuah mata air dan aliran sungai yang rasanya manis. Disanalah Buahirah melihat sosok dengan bentuk tubuh yang tidak karuan dengan tangan menutup mata dan mengucurkan airmata darah. Sosok itu adalah Iblis. Percakapan antar keduanyapun berlangsung cukup lama dan cukup panjang dalam buku yang dikarang oleh Shawni ini. Cerita kedua tentang kisah Nabi Khidir dan sahabatnya yang mencoba menghancurkan Ka’bah hanya karena seorang dari suku Quraisy mengotori –baca membuang hajat- lantai gereja megah yang dibangun sang raja untuk menyembah Tuhan.

Tatkala membaca buku ini pada bab-bab awal kita akan merasa bahwa Tuhan dan Iblis telah bekerjasama untuk menaikan harkat dan martabat Tuhan di mata makhluk ciptaanya sendiri. Iblis menjadi pedang kemurkaan Tuhan dan menajadi alasan pembenar bahwa Tuhan adalah maha baik dan sumber segala kebaikan sedangkan Iblis merupakan perwujudan keburukan dan kejahatan. Kita merasak bahwa Iblis dan Tuhan adalah dua sosok yang saling melengkapi satu sama lain seperti halnya Yin dan Yang, kebaikan dan keburukan. Pada bab-bab awal kita akan meragukan sifat-sifat Tuhan yang selama ini kita amini dan yakini.

Namun semuanya berbeda, ketika kita mencapai titik klimaks dalam pembacaan karya Shawni ini. Semua hanya  penganalogian yang sempurna dari Iblis untuk manusia dan membuktikan bahwa sesungguhnya kita tak bisa menerka dan menaksir keputusan Tuhan dengan logika kita. Lewat buku ini juga kita bisa mengambil pelajaran bahwa jangan pernah membaca buku setengah-setengah sebab jika kita membaca buku ini tidak sampai tuntas maka kita akan terjebak dalam penganalogian yang dikemukakan oleh Iblis dan kita akan terus menerka dan meragukan keputusan Tuhan dengan Logika kita. Setidaknya kita senggamai tiap-tiap buku yang kita baca dan kalau bisa meninggalkan jejak-jejak orgasme kita, seperti kata Carlos Brauer dalam Rumah Kertas, karya Carlos Maria Dominguez.

Kita tidak perlu takut membaca buku ini karena keluwesan kata yang terdapat dalam buku ini membuat kita semakin tenggelam dalam bacaan. Shawni dengan ciamik menuliskan cerita yang sering kita dengar semasa kita kecil lewat ustad-ustad sekitar rumah sampai kita bosan. Namun lewat Shawni kita memang memabca cerita yang sama yang ktia dengar namun dengan tambahan yang menarik yang tak menyimpang dari sejarah dan landasan (Hadis dan Al-Quran) yang ada.

Dari judul buku ini –Iblis Menggugat Tuhan, kita akan mengira bahwa buku ini akan menghancurkan iman dan menimbulkan keraguan kita terhadap Tuhan. Namun sebaliknya, buku ini akan menambah keimanan kita dan membuat kita sadar bahwa sesungguhnya logika makhluk tidak akan pernah bisa menerka dan menimbang keputusan dan kebijaksanna Tuhan. Buku yang wajib bagi kita yang terlalu sombong akan kehebatan penganalogian kita akan sesuatu, bahkan Tuhan.

Selengkapnya...
 

#About

Hai, terimakasih telah berkunjung. Saya adalah bongkahan kesederhanaan yang diberi nama Bagus Setiawan Hardono. Berasal dari desa Muntoi Timur, Bolaang Mongondow, Sulawasi Utara

#Blogroll


#Blogger news