Oleh : B.S.H.
Sekitar lima tahun (pada bulan Juli kurang lebih jika tidak salah mungkin) yang lalu adalah awal bertemunya sekelompok dari latar belakang sekolah dan kebiasaan yang berbeda. Sekelompok orang yang mempunyai mimpi dan tujuan yang besar dan juga orang yang selalu mempunyai keinginan yang kuat untuk mewujudkan mimpi mereka itu. Awal pertemuan yang tak pernah di sengaja, tak pernah direncanakan, karena semuanya bertujuan hanya untuk melanjutkan sekolah dijenjang yang lebih tinggi dari Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tak satupun yang saya kenal dalam kelompok itu dan tak satupun dari kelompok itu yang mengenal saya tapi di balik itu semualah hal yang membuat kita kompak sebagai satu kelompok yang menjadi seperti satu keluarga yang mempunyai tujuan dan impian yang sama. Keluarga itu semakin erat tatkala keluarga itu diberi nama, yaitu Seconders.
Lambang Seconders |
Sedikit lupa tentang arti yang sesungguhnya, karena pencetus dari kata itu adalah para srikandi-srikandi yang hebat yang berada di dalam keluarga tersebut. Akan tetapi ada satu hal yang saya ingat yaitu, kata “Seconders” itu dikarenakan kita adalah angkatan kedua dari kelas yang katanya khusus itu dan juga biarpun kita menamakannya “Seconders” tapi bukan berarti kita menginginkan untuk menjadi yang kedua. Kita selalu dan selalu berusaha untuk menjadi yang pertama didalam hal apapun itu baik dari sisi akademik maupun non akademik dan semua itu terbukti adanya.
Kelas
kita menjadi kelas yang sering dibanggakan dalam hal akademik karena banyaknya
orang-orang yang pintar dan cerdas dalam kelas itu serta kelas kita juga
dibanggakan dalam hal non akademik (khususnya olehraga) karena kehebatan yang
luar biasa dari siswa dan siswinya. Contohnya dalam lomba OSN (jika tidak
salah) siswa dan siswi dari kelas kamilah yang ditunjuk untuk mengikutinya
(Putri E. Kobandaha, Triono Golo, Anjelita Suratinoyo, dan Siti Rukmini) dan
pada non akademik siswa kami (Septiandi Dilapanga) menunjukkan kebolehannya
dalam bermain bola tatkala SMA kami mengikuti Liga Pendidikan Indonesia (LPI)
serta kelas kami menjadi juara 1 dalam kejuaraan futsal yang diadakan di SMA
kami. Tidak hanya mereka, tapi hampir keseluruhan orang dari Seconders
mempunyai bakat yang terpendam dan unik satu persatu, mereka (yang dituliskan
namanya) hanya mewakilinya saja. Mungkin banyak yang menganggap remeh kami tapi
karena itulah kami berusaha untuk membuktikan bahwa kami tidak hanya bisa dalam
hal akademik tapi kami juga bisa bersaing dalam bidang non akademik.
Banyak keceriaan yang terjadi didalamnya, keceriaan yang tergambar dari wajah para pencari jati diri. Yah, kita (Seconders) saat itu berada pada tingkatan ke-2 (kelas 2) dalam Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotamobagu (SMA N. 1 Kotamobagu). Mulai dari kesombongan maupun kerendahan hati, cinta kasih mapun kebencian, kenakalan maupun kebaikan, ke-alay-an maupun keseriusan, kejujuran maupun kebohongan, semua tercipta pada saat itu.
Semua seolah-olah telah sedang mempersiapkan jati diri mereka untuk kedepannya, ada pula yang mulai berani mengungkapkan isi hatinya pada orang lain dan ada pula yang mulai berani untuk mencoba hal-hal baru yang belum pernah dia lakukan semasa hidupnya. Yah karena pada posisi itulah kita mempunyai kedekatan yang cukup dekat untuk dikatakan sebagai sebuah keluarga, permasalahan yang terjadi dalam keluarga itupun sering kita hadapi, mulai dari rasa iri akan sesama teman bahkan sampai tidak saling tegur tapi kita bisa melewatinya sebagai sebuah keluarga.
Banyak cerita yang telah kita buat selama 3 tahun yang indah (menurut saya), mulai dari kedekatan awal kita yaitu pada saat mengikuti study tour bersama kelas 3 yang pada saat itu kita masih duduk di kelas satu, walaupun kita tak saling kenal tapi kita meulai membantuk sebuah komunikasi antar individu untuk mempererat tali perkawanan kita.
Kedekatan kita semakin terasa tatkala kita yang pada saat itu berada pada kelas 2 menempuh study tour untuk keduakalinya ke Provinsi Gorontalo. Kita semakin dekat pada saat itu karena yang berangkat hanyalah kelas kita. Banyak kenangan yang kita ciptakan pada saat itu dan juga banyak cerita cinta maupun ketidakcintaan yang muncul pada saat itu juga.
Tapi dalam setiap pertemuan pastilah ada yang namanya perpisahan, itulah menurut peribahasa, dan itu pulalah yang terjadi pada kami. Setelah kami menduduki tingkatan ke- 3 yaitu kelas 3 SMA kelas seconders tidak lagi seperti seconders sebelumnya. Mungkin karena sudah bosan dengan orang-orang yang sama atau karena sudah mempersiapkan kehidupan yang lebih jauh kedepan yaitu pada jenjang perkuliahan. Kita sadar bahwa tidak mungkin kita akan bersamalgi pada satu tempat kuliah yang sama maka dari itulah yang menyebabkan kita menjadi pecahan kelompok-kelompok kecil dalam sebuah kelompok beasar. Permasalahan yang terjadi seolah tidak bisa terselesaikan lagi, mulai adanya kecemburuan antar satu kelompok serta pada akhirnya terpisahlah kelompok itu menjadi beberapa bagian.
Kita tidak lagi berjalan bersama, melainkan berjalan bersama kelompok. Mulai adanya kawan baru yang menggantikan kawan lama. Perpecahan yang terjadi akibat dari sebuah cinta antar individu sehingga memunculkan keegoisan pada setiap orang. Tapi begitulah hidup dan itu juga yang mendasari adanya pemikiran-pemikiran bahwa jika kita tidak bertemu untuk waktu yang sedikit lama mungkin kedekatan yang pernah tercipta diantara individu seconders bisa muncul lagi.
Setahun berselang setelah kelulusan dan semua warga seconders telah mencicipi bangku perkuliahan Seconders berkumpul kembali di kota kelahirannya, kota tercinta Kotamobagu. Banyak harapan yang saya harapkan setelah setahun tidak bertatap muka dengan yang lain tapi, semua berada diluar ekspektasi saya, Seconders yang dulunya adalah sebuah kelompok “besar” dengan jumlah 32 orang yang terkumpul hanya setengahnya dihari pertama di perayaan Idul Fitri disalah satu rumah warga Seconders dan itupun hanya sesaat langsung berkurang menjadi seperempatnya dan pada akhirnya kembali menjadi kelompok-kelompok kecil seperti setahun yang lalu,
Yah pada akhirnya saat Seconders itupun tinggal hidup dalam angan-angan setiap individu, hanya hidup didalam dunia lain yaitu media sosial seperti bbm, twitter, dan fb. Layaknya pepatah yang mengatakan bahwa “hidup segan matipun tak mau” mungkin saperti itu kondisi Seconders saat ini, tidak vakum namun juga tidak dibubarkan atau ditinggalkan anggotanya seperti Liga Bangsa Bangsa sebelum adanya Perserikatan Bangsa Bangsa. Tapi Secoders tetaplah Seconders tidak ada yang akan berubah ataupun dirubah dari kenagan yang ada di dalamnya, hanya manusianya yang berubah menjadi karena saya tau bahwa adalah hakekat manusia untuk berubah. Biarlah Seconders itu menjadi ajang nostalgia kita kelak ketika kita akan menempuh jenjang yang lebih tinggi lagi dan biarlah Seconders itu menjadi cerita dongeng kepada anak cucu keluarga Seconders itu sendiri. Semoga kita bisa berkumpul kembali kawan, entah capat atau lambat.