Oleh : B.S.H.
Kepada alam, Kau bujuk aku dengan senja;
Senja bersolek dengan indah,
mengenakan sutra merah pemberian nirwana;
Menampakan keindahan dewi pembawa luka;
senja bersiap, akupun sama bersiap merayu dan mencumbu-nya malam itu;
Senja bersolek dengan indah,
mengenakan sutra merah pemberian nirwana;
Menampakan keindahan dewi pembawa luka;
senja bersiap, akupun sama bersiap merayu dan mencumbu-nya malam itu;
Segera keranggut pakaian dari potongan potongan kertas pembawa berita.
Di depan kebenaran aku berkata,
"Sudah jadi buku kah aku wahai kebenaran?"
Aku ingin melukiskan senja dalam potongan-potongan aksara.
"Sudah pantaskah aku bersanding dengan keindahan?"
"Sudah jadi buku kah aku wahai kebenaran?"
Aku ingin melukiskan senja dalam potongan-potongan aksara.
"Sudah pantaskah aku bersanding dengan keindahan?"
Kebenaran membisu,
Kebenaran memang selalu begitu.
Dia diam kepada siapa yang mencarinya;
Agar bisa tertawa kepada yang kecewa.
Kebenaran tau bahwa senja tak bersolek untukku,
Dia bersolek kepada rembulan malam itu;
Sosok yang selalu membuat iri penghuni surga,
Pancaran pesonanya menembus cakrawala,
Menyentuh senja yang termangu penuh sesak akan rindu.
Dan aku ?
Masih asik bersolek di depan kebenaran;
agar pantas menjadi buku tempat senja terlukis menjadi waktu.
Yogyakarta, 01 September 2017