Oleh : B.S.H.
Dewasa ini kita sering kali melihat berbagai konflik di belahan dunia. Semua negara yang ada di muka bumi ini seakan-akan sedang berkonflik satu sama lain, entah dengan negara tetangga ataupun dengan internal negaranya sendiri. Contohnya saja konflik antara Israel dan Palestina yang saling membenarkan ajaran dan perbuatan yang dilakukan masing-masing pihak, ataupun antara organisasi-organisasi yang selalu bertikai karena pemahaman atau dogma yang berbeda.
Dogma sendiri dari bahasa Yunani adalah kepercayaan atau doktrin yang dipegang oleh sebuah agama atau organisasi yang sejenis untuk bisa lebih otoritatif. Bukti, analisis, atau fakta mungkin digunakan, mungkin tidak, tergantung penggunaannya, atau dengan kata lain berarti “yang kelihatannya baik”. Sedangkan dalam KBBI dogma adalah pokok ajaran (tentang kepercayaan dsb.) yg harus diterima sebagai hal yg benar dan baik, tidak boleh dibantah dan diragukan; atau keyakinan tertentu[1].
Tentu saja dalam tulisan kali ini saya tidak akan membahas tentang dogma Agama ataupun dogma yang berkaitan dengan Agama, karena saya tau pemahaman Agama saya masihlah sangat rendah. Akan tetapi titik berat penulisan saya kali ini adalah tentang dogma yang dianut oleh setiap organisasi atau kelompok (selain kelompok Agama) yang terlalu rigid[2] dan menyebabkan konflik satu sama lain.
Perlu kita ketahui bahwa kita hanyalah manusia yang tidak pernah benar sepenuhnya, dan (mungkin) tidak juga salah sepenuhnya, selalu ada keterkaitan satu sama lain (antara benar dan salah). Setiap orang atau kelompok boleh membenarkan apa yang ia anut dan setiap kelompok juga boleh menyalahkan apa yang orang lain anut. Namun sangat sedikit orang yang bisa menyadari akan hal tersebut.
Di Indonesia yang pada dasarnya memiliki saeribu satu macam perbedaan (harusnya) sudah bisa memahami akan inti dari perbedaan. Tapi apa yang kita lihat pada hari ini kenyataannya justru berbeda. Selalu ada saja konflik yang terjadi akibat perbedaan dogma yang ada dalam sebuah organisasi, terutama organisasi mahasiswa.
Mahasiswa yang (katanya) menjadi sumber daya manusia Indonesa nantinya serta menjadi pemegang estafet kepeimpinan bangsa indonesia tidak pernah bisa bersatu karena perbedaan dogma yang mereka ikuti. Contohnya saja di kampus saya (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) yang notabene adalah kampus Muhammadiyah dan menjadi pusat perkumpulan dari IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) seringkali berkonflik dengan organisasi lain seperti HMI MPO, dan DIPO, KAMMI, serta organisasi mahasiswa lainnya.
Selalu saja ada diskriminasi antara satu sama lain yang tidak memegang dogma yang sama. Padahal jika kita melihat kebelakang pada dasarnya tujuan dari setiap organisasi pergerakan mahasiswa itu adalah sama, yaitu menjadikan Indonesia lebih baik kedepannya serta menjadi pengawas pemerintahan yang sedang melaksanakan amanahnya. Akan tetapi kenapa selalu saja ada diskriminasi satu sama lain, jawabannya kembali lagi ke dogma masing-masing, Karena mereka tidak memegang dogma yang sama.
Entah apa yang salah dengan dogma yang berbeda antar satu organisasi. Sudah begitu banyak diskriminasi yang terjadi terhadapat setiap mahasiswa hanya karena memiliki dogma yang berbeda. Haruskah kita menyamakan dogma lalu bisa memajukan indonesia ? apakah perbedaan itu buruk ? Tapi Tuhan saja mengakui bahwa akan ada perbedaan perspektif dari setiap manusia karen manusia diberikna kebebasan untuk memilih dari semua makhlukNya.
Jika kita benar-benar ingin (dengan tulus hati) menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara serta ingin memajukan negara kita ini maka harusnya tidak ada lagi dogma yang menghambat kita untuk bersatu. Hilangkanlah sifat ego yang menjadi dinding besar yang menghalangi sifat kemanusiaan kita terhadap yang lain.
Jika organisasi kita mengajarkan bahwa dogma yang dianut oleh organisasi lain adalah tidak benar dan yang benar hanya dogma yang mereka anut, maka yang salah adalah organisasi itu sendiri karena benar salah dalah sebuah relatifitas yang tidak bisa diukur dengan kadar apapun.
Mahasiswa yang nantinya akan mengemban tugas untuk menentukan arah kebijkana negara ini harusnya sudah mulai memikirkan akan dampak bahaya dari sebuah dogma yang mengajarkan hal diatas. Kita adalah sama, kita tinggal dan hidup di tempat yang sama, serta mempunyai tujuan yang sama untuk negara ini tapi mengapa hanya karena dogma yang kita anut lantas kita mengesampingkan hal tersebut.
Mulailah dengan menyadari bahwa setiap perbedaan itu adalah indah dan terdapat sebuah jalan yang indah yang akan menajadi penengah akan perbedaan itu. Tidak lantas karena sebuah dogma yang berbeda dan kita mendiskriminasi sekelompok atapun organisasi yang tidak menganut dogma yang kita anut.
Jika perlu atau memungkinkan maka kita harus menghilangkan dogma yang selama ini menjadi dinding besar penghalang kita untuk bersatu dan memajukan negara (Indonesia) ini, dan atau kita membuang segala dogma yang kita anut dan menyamakan dogma kita, yaitu dogma untuk memajukan bangsa kita, menjadi bangsa yang lebih baik dari hari ini.