Kata ini mungkin cukup
familiar bagi para kaum pemuda ataupun pemudi yang menyukai group band peterpan
atau yang sekarang telah bergati nama menjadi Noah, karena kalimat itu
merupakan potongal lirik dari lagu mereka yang berjudul “Di atas Normal”. Namun
saya bukan ingin membahas lagu ataupun group band mereka, saya hanya tertarik
dengan kalimat tersebut dan saya ingin meminjam –jika di izinkan- kalimat
tersebut dari mereka untuk di gunakan sebagai inspirasi dari kegelisahan saya
saat ini.
Tidak mengajarkan untuk
melakukan salto atau berjungkil balik, namun kalimat tersebut bisa kita gunakan
kedalam kehidupan kita, bahkan kita harus menggunakan dan menerapkannya. Entah
apa ada arti lain dari kata tersebut dari pihak peterpan namun jika saya –boleh-
mengartikan sendiri, kata tersebut mengajak kita untuk melihat dunia dari sisi
lain, melihat dunia dari cara yang berbeda, melihat dunia dari sisi yang
terbalik.
Kita terkadang dalam
membaca dan melihat peristiwa yang terjadi di dunia ini hanya berdasarkan opini
publik, jika publik berkata baik maka kita akan berkata baik pula, namun jika
publik berkata buruk, maka kita akan berkata bahwa itu buruk pula. Namun itulah
yang mereka inginkan, yang mereka katakan demokrasi, dimana suara mayoritas
adalah suara dari semuanya dan harus di benarkan adanya.
Bisa dilihat dari
contoh sederhana tentang apa yang terjadi di Paris, Prancis –bukan bermaksud
menyalahkan- di mana sekelompok teroris melakukan serangan secara acak kepada
setiap orang yang ada di sekitarnya dan membunuh banyak orang dalam waktu
beberapa jam. Dunia seketika gempar mendengar kabar tersebut dan (hampir)
seluruh dunia mengutuk perbuatan yang di lakukan sekelompok orang –yang entah
siapa- tersebut. Namun di sisi lain mereka diam saja ketika melihat
negara-negara lain di serang, dijajah, serta di bunuh warga negaranya setiap
hari, seperti Palestina. Dunia tidak pernah mengutuk perbuatan yang jelas tidak
berperikemanusiaan tersebut, dunia bahkan seolah berpaling dari mereka. Ini
membuat saya tertawa sekaligu prihatin melihat betapa bodohnya orang-orang yang
hanya bisa melihat di satu sisi tanpa bisa memperhatikan sisi yang lainnya.
Semakin lucu lagi
ketika para mahasiswa yang katanya agen
perubahan, penerus estafet kepemimpinan bangsa hanya bisa melihat dari satu
sisi tanpa pernah mencoba mencari sisi yang lainnya. Terkadang para mahasiswa –sebagian-
hanya peduli tentang apa yang menjadi pembicaraan di publik dan langsung
menindakinya tanpa pernah menelaah dan mencerna kebenaran dan kepastian
pembicaraan publik itu. (Banyak) mahasiswa saat ini mulai kehilangan daya
kritisnya karena hanya mengikuti satu sisi pandangan dunia dan tak pernah
melihat pandangan dunia yang lainnya. Terlalu fokus di satu sisi tanpa pernah
melihat sisi sebaliknya.
Saya hanya berfikir –dengan sedikit kekhawatiran-,
tidakkah kita bisa mencontoh apa yang di katakan dalam lirik lagi peterpan
tersebut bahwa kaki di kepala kepala di
kaki agar kita bisa melihat dunia dari sisi yang berbeda. Ketika orang
berkata baik tentang paa yang terjadi di dunia mungkin kita bisa melihat dari
sisi yang lain bahwa apa yang terjadi itu adalah baik, atau mungkin sebaliknya.
Namun, saya masih berharap itu hanyalah sebuah kekhawatiran saya sebagai salah satu dari mahasiswa. Semoga kekhawatiran akan (maaf) bodohnya mahasiswa ini bukanlah hal nyata dan tak pernah terjadi. Jika pun terjadi maka mungkin masih ada waktu untuk kita –para mahasiswa- melihat dari sudut pandang yang berbeda, jangan hanya melihat dari satu sisi karena masih banyak sisi lain yang belum kita lihat.