Oleh : B.S.H.
Dia belumlah menjadi anak yang baik
untuk Ibunya, adik yang baik untuk Kakaknya dan belum pulalah menjadi Kakak
yang baik untuk adiknya. Tapi saat seorang pergi dari tempat ternyaman dalam
hidupnya, tempat dimana dia selalu mendapatkan kehangatan dan selalu disambut
dengan baik tempat yang biasa orang lain sebut dengan rumah, disitulah dia
terkadang merasa sepi. Tapi kesepian itu adalah ujian untuknya, ujian untuk
memenuhi janjinya, janji kepada keluarganya, terutama janji untuk adiknya.
Mungkin air matalah yang bisa menjawab
kerinduannya akan rumah, kerinduanlah yang membuat dia harus menghilangakan
sifat egonya, kerinduanlah yang menuntunnya untuk menuliskan sebuah kata yang
indah dan berharap akan menjadi doa, kerinduan untuk bertemu keluarga. Dik,
mungkin jika kau melihat kakak hari ini kau akan tertawa, karena melihat betapa
lemahnya kakak saat ini.
Tapi dia sangat malu, malu karena belum
bisa memenuhi janjinya, malu karena masih hanya meminta kepada orang tuanya,
malu kepada adiknya yang karena belum bisa dibahagiakannya. Dia sangat takut
untuk kembali, tapi disatu sisi dia sangat ingin untuk kembali, kambali melihat
senyuman manis seorang ibu yang menunggu anaknya, senyuman manis seorang adik
yang menantikan hadiahnya dan senyuman manis seorang kakak yang selalu
menunggunya. Dia adalah anak kedua dari 3 bersaudara.
Tak pernah mengeluh akan apa yang
terjadi, selalu menyebunyikan kerinduannya akan semua yang ia rindukan, tapi
bendungan air mata rusak juga, air mata mengalir ketika melihat fot keluarga,
keluarga kecil yang bahagia, subuah keluarga perantau.
Dia sadar, dia sedikit menikmati masa
kejayaan keluarga, tapi tidak dengan adiknya. Adiknya memanglah masih begitu
kecil, tapi beban yang ditanggungnya amatlah besar. Dia hanya bisa bersyukur
karena telah diberikan kesempatan memiliki adik yang begitu dewasa.
Suatu saat sebelum dia pergi, dia ingin
berkata “Dik, jagalah ibu dan rumah, jadilah anak yang baik, suatu saat kakak
kembali, kakak akan membahagiakan kalian, menganggkatmu dari beban yang telah
kau tanggung, tunggulah kakak”. tapi tidak pernah terucap kata itu dari
mulutnya, dia tak ingin adiknya memahami betapa kejam kehidupan ini, biarkanlah
dia menjadi anak kecil yang selalu membuat keluarga merindukan rumah.
Sebagai seorang kakak dia berjanji akan
membahagiakan keluarganya, terutama adiknya, melepaskan adiknya dari beban
keluarga yang harusnya belum pantas dia emban dan membuat adiknya merasakan
keindahan masa kecilnya sebagai seorang adik dulu.
Karena jarak adalah sebuah hal yang
lumrah bagi kita, tanpa ada jarak tak akan ada yang namanya rindu. Yang bisa
sang kakak ucapkan adalah "Rindu
adalah hal yang memilukan tapi juga menguatkan, maka kutitipkan salam rinduku
dari seorang anak, adik, sekaligus kakak, semoga kerinduan ini menjadi tameng
besar dalam menghadapi pahitnya pil kehidupan, terkusus untuk sang adik, mohon bersabarlah sdikit lebih lama, kakak akan pulang."