Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 27 Agustus 2015

"Tanpa Judul"

Oleh : B.S.H.
Bagian Pertama, Sebuah Awal
Permainan computer atau computer game memang sering membuat orang lain lupa akan sesuatu hal yang penting,  seorang yang terlalu asik bermain game bahkan sering lupa untuk makan dan lebih parahnya dia lupa ada seseorang yang menuggunya, disampingnya, yang mencintainya, yang selalu menemaninya ketika dia sedang asik dengan permainannnya, dan aku adalah salah satu orang yang pernah tersihir oleh sihir game komputer ini.
Saat alarm istirahat berbunyi, kawan-kawanku sejenak melepas lelah setelah pelajaran matematika yang membingungkan itu telah menguras isi otak kami mereka langsung berlari menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang seketika kosong akibat pelajaran tersebut. Tapi berbeda dengan mereka, aku langsung menyalakan komputer yang berada di depanku dan bersiap untuk bermain game kesukaanku ketika salah satu orang berteriak dari depan pintu.
“Bro kalian gak turun makan ?”                                         
Tanpa tau siapa yang berbicara, aku langsung menjawab.
“Duluan saja bro aku gak lapar”
Merekapun pergi secara bersamaan kekantin yang dipenuhi begitu banyak orang dari kelas lain dan itulah mengapa saya benci untuk kekantin karena begitu banyak orang disana. Mungkin sekolah harus membuat kantin yang khusus untuk kelas kami seperti kami yang ditempatkan di kelas khusus dan di gedung khusus pula protesku dalam hati.
“Makan bareng yuk”
Suara yang halus itupun terdengar ditelinga kananku yang tengah asik bermain game, suara yang selalu mengingatkanku pada dirinya yang telah pergi, Disa..
“Aku kan sudah bilang aku tidak lapar.”
“Hmmm.. baiklah kalo begitu,” sambil merebahkan kepalanya kebahuku dan berharap aku melepaskan tanganku sejenak dari keybord dan mouse komputerku dan beralih padanya karena begitulah wanita. Tapi tidak, aku tidak perdulikan hal itu.
Begitu manis parasnya, begitu baik hatinya, bagitu tulus cintanya yang membuat dia begitu sabar menemaniku yang begitu egois dan tak pernah mendengarkan keluh kesahnya tapi dia begitu sabar mendengarkan dan menemani setiap keluh kesah yang kukatakan
“Turun sana sama yang lain kalo kamu lapar” ucapkan tanpa memalingkan wajahku dari depan monitor karena game yang hampir ku selesaikan.
Dia tersenyum “aku mau turun makan kalo kau yang menemaniku makan.”
Senyuman yang begitu memikat, bahkan memikat dua orang kakak kelas kami yang saat itu juga sama-sama menginginkannya untuk menjadi pacarnya, tapi sayang sayalah (orang brengsek) orang yang beruntung mendapatkan dia. Hahahhaha
“Sudahlah ! turunlah makan, aku nanti yang dimarahi kakakmu jika kau tidak makan, liat tubuhmu yang semakin mengurus, nanti aku sms Putri untuk menunggumu dibawah jika kau malu untuk turun sendiri.”
“Jangan marah dong, iya aku turun dulu yah nanti aku beli’in makanan buatmu nanti.”
Wanita-wanita, selalu saja tersenyum ketika lelaki membentaknya ataupun berbuat tidak baik kepadanya dengan dalih bahwa dia mencintai lelaki tersebut, dia rela menjadi orang yang dianggap aneh oleh orang lain. Ah ! begitulah cinta !
Tapi tetap saja aku selalu membuat dia bahagia walaupun terkadang aku membuat dia bersedih hati, aku selalu menuruti permintaan dia dan mengajaknya jalan selayaknya sepasang kekashi yang lain, menikmati malam bersama dan selalu bersama, karena aku tau di satu sisi dirinya membutuhkan teman yang selalu ada maka dari itu aku berusaha untuk selalu ada dengannya walapun aku judes ketika didekatnya tapi aku merindukannya ketika berada jauh darinya. Aku sangat merindukanmu, Disaa….

****

Banyak orang yang mengatkan aku beruntung karena telah mendapatkan seseorang yang begitu mencintaiku apa adanya, walaupun tampangku tidaklah semenarik orang lain. Tapi banyak juga dari mereka yang mengatakan bahwa aku adalah orang brengsek yang selalu menyia-nyiakan kasih sayang yang telah ia berikan, aku berusaha mendapatkannya –butuh waktu 2 tahun untuk bisa menjadi pacarnya- dan setelah aku mendapatkannya aku membuat dia seakan-akan menjadi budak cinta yang selalu menuruti semua perkataanku. Yah untuk saat ini mungkin kalian bisa menganggapku orang yang brengsek biar kalian senang akan hal itu !
Hari-hari kami selalu dilalui dengan kediaman, karena aku adalah orang yang pendiam. Aku hanya ingin berbicara apa yang ingin aku bicarakan dan diapun seakan sudah sedikit lelah meladeni sifat diamku ini tapi dia tetap bertahan dengan alasan sederhana. Cinta.
Ketika suatu saat tiba-tibs secara spontan sebuah pertanyaan keluar dari rongga mulutku,
“Disa, kamu udah capek yah meladeni sifatku ? tadi Rendi nanyain kamu, dia baru balik dari tes kuliahnya, sepertinya dia lulus di STPDN”
“Aku gak capek kok, aku sayang kamu jadi mana mungkin aku capek menanggapi sifatmu. Lagian kalaupun dia datang kesini terus kenapa ?” Dengan senyumannya yang membuatku jatuh hati padanya saat pertama bertemu
“Kan siapa tau kau ingin bertanya-tanya tentang STPDN, bukankah kau ingin masuk kesana ? aku tau di suka padamu tapi jika kau kesana bukan untuk menggodanya kenapa aku harus melarang ?” aku bermaksud untuk menyindirnya serta mengujinya. Sungguh aku akan marah jika dia pergi, karena di sisi lain aku juga tak ingin ada orang lain yang menggantikanku.
“janji gak marah ? aku turun dulu yah, nanti aku bareng Putri deh turun biar kamu gak berfikiran aneh-aneh”. Diapun langsung pergi dengan mengajak Putri bersamanya.
“Bodoh ! kenapa kau mengizinkannya bertemu dengan Rendi ? siapa yang tau nantinya dia akan mencintai Rendi karena Rendi sekarang sudah terjamin hidupnya, sedangkan kamu?” Batinku memberontak, aku tak bisa lagi berfikiran jernih, yang aku fikirkan adalah aku harus cepat pulang dan mengajaknya juga, mereka tidak berbicara terlalu lama. Tidak boleh !
Akupun langsung mematikan komputerku dan bergegas mengambil tasku lalu turun kebawah untuk mengajak Disa pulang juga.
Sekilas aku melihat mereka bertiga di lantai dasar sebelum aku turun, dan ketika akupun berada di bawah Putri melihatku sambil berteriak,
“Sudah mau balik Gas ? tumben biasanya masih main aja di atas sama Vito dan Diko”
“ Gak kok, cuman udah males aja main terus, ngantuk pengen pulang tidur jawabu tanpa menoleh ke rendi dan disa”
Diapun sadar akan sifatku itu dan segera mengakhiri percakapan dia dan rendi lalu segera kembali kekelas untuk bersiap lalu menyusulku di parkiran motor.
“Kamu marah sama aku ?” suara yang lembut itu lagi berada dibelakangku
“Gak kok, ngapain marah ? emang kamu menggoda dia tadi lantas aku marah ?”
“Nggak lah, cuman tanya-tanya doang, gak usah judes dong”
“Udah dibilang gak kok !”
“Iyadeh iyaa” jawabnya mengalah
Dia tau ketika dia memperumit permasalahan maka aku akan selalu mencari-cari alasan agar dialah yang salah dan sayalah yang seakan-akan selalu benar.
“Kamu udah makan ? aku mau mampir makan, ikut gak ?” sambil menyalakan motor bututku yang sangat sulit untuk dinyalakan
“Iya dong sayang aku ikut, tapi jangan lama-lama yah takutnya dimarahin ibu” sambil tersenyum dengan senyuman yang begitu manis, senyuman yang terus membekas dalam hati orang yang mengenal dan mendekatinya.

Karena senyumanmu telah melululantahkan batu-batu dalam hatiku
karena senyumanmu telah membuat api amarah berubah menjadi api cinta
karena senyumanmulah caraku melihat dunia berubah
dan karena senyumanmulah aku sadar, kau begitu berharga
Disa...

****

Selengkapnya...

Minggu, 09 Agustus 2015

Untukmu, Ayah

Telah aku habiskan waktu 14 tahunku bersamamu
Engkau adalah pelindung sekaligus tulang belakang keluarga
Maafkan aku yang tak pernah mengerti permasalahanmu
karna saat itu aku terlena oleh kenikmatan dunia

Tapi, bukankah kalian sudah dewasa ?
Sudah banyak garam kehidupan yang kalian makan
Tapi kenapa setetes garam itu menghancurka semuanya ?

Kadang aku bertanya...
Inikah kehendak Tuhan ? jika demikian Dia sangat tidak adil !
Bukan tidak adil untukku apalagi untuk kakakku,
Tuhan tidak adil untuk adikku.

Tapi aku tau, ini bukan kehendakNya
Tapi ini kehendakmu, ayah…

Terimakasih untuk waktu 14 tahun yang begitu indah
Kau telah mengajarkan hampir semua cara untuk bertahan hidup
Bertahana hidup di panggung sandiwara yang mereka sebut dunia
Kau mengajarkan kebahagiaan,kejujuran,cinta dan kasih
Tapi kau juga mengajarkan kemarahan,kekesalan,benci dan penyesalam

Kau meninggalkan kami juga sebagai pelajaran
Kau mengajarkan kami untuk menjaga seorang perempuan
Perempuan yang telah mengandung kami serta membesarkan kami
Kau telah melengkapinya saat kau melangkah pergi

Terima kasih ayah...
Berkat itu, lengkap sudah pelajaran yang harus kami terima
Berkat itu, tak ada lagi pelajaran yang harus kau berikan
dan berkat itu kami bisa bertahan

Tidak ada benci dan kekesalan dalam hati ini
Tiada rindu dan banyanganmu dalam setiap mimpi
Tapi ketehuilah,
Kau tetap ayahku, walaupun kau tak mau tau itu.
karena "ayah" adalah superman dalam dunia nyata

Selengkapnya...
 

#About

Hai, terimakasih telah berkunjung. Saya adalah bongkahan kesederhanaan yang diberi nama Bagus Setiawan Hardono. Berasal dari desa Muntoi Timur, Bolaang Mongondow, Sulawasi Utara

#Blogroll


#Blogger news