Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 01 Februari 2017

Bagian Kedua, Hantu Masa Lalu

Oleh : B.S.H.
Seraya gembulan asap terakhir dari kretek ditangan, kabut pagi membangunkanku dari imajinasi tentang malam-malam yang indah dahulu kala saat putih abu-abu masih menjadi pakaain wajib setiap paginya. Suara payau dari angin pagi yang seolah menyapa dan berkata selamat pagi pada diri yang masih terpatung akan masa lalu, kumandang Adzan bersautan membangunkan mereka yang masih teerlelap dalam mimpi indah dengan melodi melayu serta sosok yang selalu mendayu-dayu, ah sepertinya sudah lama tak pernah kurasakan nikmatnya mimpi-mimpi itu.

Yah, pagi ini sekali lagi sosok perempuan yang mengajarkan bagaimana nikmatnya keharaman itu muncul bersamaan dengan melodi burung dipagi hari, berbisik dedaunan tentang kisah seorang remaja yang jatuh hati pertama kali dan sakit hati sampai saat ini. Dibuai dengan kisah-kisah cinta sejati, puisi yang syahdu bak rembulan terang dipagi malam hari, dia terlena akan indahnya syair-syair cinta namun tak pernah mempelajari nestapa hingga dia mengutuk aksara.

“Sudahlah, lupakan. Dia sudah punya kehidupan yang lebih baik darimu bung”. Kalimat yang keluar dari mulut sahabat yang telah tega membangunkanku dari kenangan manis masa kelam putih abu-abu. Kalimat itu seperti dentuman gunung merapi yang mengagetkan orang-orang dalam kesehariannya yang sunyi, bersorak sorak petir diangkasa sekan bergembira dengan bangunnya cerita masa lalu.

Bibirku seketika diam, menyaring apa yang harus dikeluarkan diantara rongga-rongga mulut yang terus menyulut batang rokok agar bisa menghasilkan karbondioksida disekitarku. Otak membeku, terfokus pada diri yang pernah membenamkan belatih dalam hati, ruh membidik jauh ke angkasa seakan ingin menuju ars-Nya bercerita dengan pembuat segala cerita yang ada untuk agar setidaknya bisa merevisi cerita tentang diri yang terluka. Bibirku kala itu hanya bisa bergumam memaki diri sendiri dengan segala kebodohan yang telah terjadi.

Apalah daya, dia yang disana lebih baik, lebih indah tampangnya, lebih terhormat keluarganya, lebih sempurna hidupnya, dan lebih yang lainnya –fikirku-, namun bukankah cinta tak memandang semua itu ? bukankah cinta harusnya berakhir dengan indah ? seperti film-film yang ditanyangkan di tv swasta setiap paginya, dimana pengemispun bisa dicintai oleh bos seorang perusahaan yang cantik jelita, seperti kisah dongeng yang selalu diceritakan orang tua ketika anaknya tidur, dimana buruk rupa bisa dicinta semua wanita.

 ”Apa yang kau fikirkan, kau sudah tidak tidur semalaman kau bisa mati sambil duduk bersama rokok payahmu”. Ah, orang ini sungguh ingin kutinju mulut payahnya yang sering membangunkanku dalam lamunan indah, namun tangan ini sudah terlalu lesuh, tubuh ini sudah terlalu lunglai dan perhitungan besar badannya yang sungguh terlalu besar dariku, sekali hantaman tangannya pasti bisa mengantarkanku keruang yang paling aku benci dengan segala bentuk jarun yang ada dalam sebuah ruangan yang seakan-akan ingin menambah luka belatih dalam hati yang pernah dia tancapkan. Pilihan laiinya adalah mengusirnya dan memintanya untuk segera ke kampus menyelesaikan kuliahaanya secepatnya. Namun aku sadar, dialah yang sering membangunkanku ketika aku menyiksa diriku dengan menikamti cumbuan banyangan dirimu yang tidak lagi pernah kurasa. Ah selasa itu sungguh buatku berfikir masih adakah aku dimasa ini.
 

#About

Hai, terimakasih telah berkunjung. Saya adalah bongkahan kesederhanaan yang diberi nama Bagus Setiawan Hardono. Berasal dari desa Muntoi Timur, Bolaang Mongondow, Sulawasi Utara

#Blogroll


#Blogger news