Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 07 Januari 2015

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) : Awal Kebangkitan Indonesia ?

Oleh : Bagus S. Hardono

Bersamaan dengan ditandatanganinya ASEAN charter, para pemimpin ASEAN juga menandatangani cetak biru MEA[1] 2015 yang merupakan grand design MEA yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapain dari masing-masing pilar MEA. Target waktu pencapaian MEA terbagi empat fase yaitu 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013, dan 2014-2015. Cetak biru ini menjadi arah bagi kawasan maupun negara anggota untuk mencapai MEA 2015. Masing-masing negara berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam cetak biru untuk membentuk kredibilitas ASEAN[2].

Mengingat pentingnya perdagangan eksternal bagi ASEAN dan stategi pembangunan ekonomi di negara ASEAN yang outward looking, cetak biru MEA memuat 4 kerangka kerja atau pilar MEA, yaitu :

1.  ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenanga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
2.  ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, ha katas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan ­e-commerce[3].
3.  ASEAN sebagai kawasan dengan perkembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CLMV[4] yang termuat dalam Initiative for ASEAN Integration.
4.  ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan koheren dengan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

Keempat pilar MEA tersebut saling berkaitan satu sama lain. ASEAN sebagi pasar tunggal dan basis produksi internasional harus memiliki daya saing ekonomi yang tinggi, baik sebagai kawasan dalam kerangka persaingan dengan kawasan/negara lain, maupun anta individu anggota.

Mengingat kondisi dan keadaan ekonomi masyarakat Indonesia saat ini apakah memang sudah pantas Indonesia melaksanakan MEA di 2015 ini ? mengkin memang benar jika mengimplementasikan keempat pilar tersebut secara utuh maka Indonesia bisa menjadi negara yang sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar. Akan tetapi kita perlu melihat dan menginat keadaan masyarakat menengah kebawah. Dimana mereka melakukan usahanya dengan cara yang masih sederhana dan belum bisa dikatakan “bisa bersaing” dengan negara-negara  lain.

Tidak adanya skill yang mempuni juga akan mengakibatkan rakyat Indonesia nantinya hanya akan menadi “pembantu” di rumah sendiri. Dikarenakan pada MEA nantinya setiap individu dituntut untuk bisa berkompetisi dengan orang-orang yang sudah mempunyai berbagai pegalaman baik dari dalam negeri maupun luar negerinya.

Salah satu yang akan menjadi sasaran negara lain adalah kekayaan negara ini. Indonesia yang sangat kaya akan kekayaan alamnya yang tidak dipergunakan dan di kelola oleh pemerintah dan masyarakatnya dengan baik, nantinya pada saat berlangsungnya MEA akan menjadi milik orang asing yang berada di Indonesia. Lagi-lagi dikarenkan rakyat Indonesia yang masih belum faham dan belum mengerti hakekat dari persaingan global.

Pemerintahan yang masih korup juga bisa mengakibatkan menderitanya bangsa ini untuk kesekian kalinya. Birokrasi yang sangat mudah ditembus oleh uang, serta nepotisme yang masih mendarah daging disetiap lembaga pemerintahan nantinya akan berpotensi mengakibatkan bangsa Indonesia akan “terjajah” oleh negara asing untuk yang kesekian kalinya.

Bayaknya orang Indonesia yang tak mempunyai pekerjaan nantinya akan mendapatkan pekerjaan tapi dibawah orang asing sebagai pemimpinnya. Kekayaan Indonesia yang tak pernah dimanfaatkan akan dimanfaatkan di era MEA ini akan tetapi yang memanfaatkan adalah orang asing juga. Indonesia belumlah siap secara individu maupun birokrasi untuk menghadapi MEA 2015 ini. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui apa-apa tentang MEA takutnya akan membuat mereka tidak mempersiapkan dirinya untuk berkompetisi dengan orang lain.

Sifat orang Indonesiapun menjadi salah satu pengaruh apakah MEA nantinya akan membangun ekonomi masyarakat Indonesia atu tidak. Dikarenakan kebanyakan sifat masyarakat Indonesia yang lebih mencintai produk asing daripada produk dalam negeri akan mengakibatkan para pengrajin dan pengusaha menengah kebawa Indonesia akan “gulung tikar” karena tidak adanya pelanggan. Serta kurangnya rasa nasionalis yang ada disetiap individu akan menyebabkan dengan mudahnya masyarakt Indonesia nantinya untuk dipengaruhi dan dikuras habisa harta kekayaan negara ini.

Jadi apakah kita masih bisa mengatakan bahwa MEA itu bertujuan untuk memajukan dan membangkitkan kembali Indonesia yang dulunya sempat dijuluki “macan Asia” ? ataukah nantinya MEA hanyalah menguntungkan dan membuat sebagian atapun kelompok menjadi semakin sejahtera dan rakyat miskin semakin mendarta ? tapi apalah daya, 2014 telah berlalu dan sekarang adalah saat dimana Indonesia akan membuktikan “kesiapannya” menghadapi MEA di tahun ini. Bukanlah bersifat pesimis tapi jika melihat keadaan masyarakat Indonesia saat ini maka benarkah MEA nantinya akan membangkitkan lagi Negara Indonesia ini menjadi macan ASIA ataukah negara ini akan kembali ke masa penjajahan seperti dulu.


gambar by : siaurau



[1] Masyarakat Ekonomi ASEAN
[2] Bank Indonesia. Masyarkat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 : Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. 2008. Penerbit : PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
[3] Electronic Commerce (E-Commerce) didefinisikan sebagai proses pembelian dan penjualan produk, jasa dan informasi yang dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan jaringan computer.
[4] Negara-negara CLMV tersebut adl Camboja,Laos, Myanmar, dan Vietnam.
 

#About

Hai, terimakasih telah berkunjung. Saya adalah bongkahan kesederhanaan yang diberi nama Bagus Setiawan Hardono. Berasal dari desa Muntoi Timur, Bolaang Mongondow, Sulawasi Utara

#Blogroll


#Blogger news