Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Radikalisme itu (bukan) Awal Terorisme

oleh : B.S.H.
Bukan bermaksud untuk memprofokasi ataupun membela kelompok dogma tertentu, namun dewasa ini kita sering sekali mendengar isu tentang terorisme. Terorisme itu sendiri adalah serangkaian tindakan meneror dengan menggunakan kekerasan ataupun ancaman kekerasan, menimbulkan suasana teror -menimbulkan rasa takut- terhadap orang secara keseluruhan atau secara masal.

Namun pada saat ini pengertian dari terorisme ini seringkali dikaitkan dengan radikalisme. Media dan pemerintahpun berbondong-bondong mengampayekan bahwa radikalisme adalah awal dari paham terorisme. Entah dari mana mereka mendapat pengertian seperti itu. Tetapi melalui media yang kita baca dan kita dengarkan kita seakan mengiakan bahwa radikalisme itu adalah awal dari seseorng untuk menajadi teroris.

Kita harusnya menela’ah kembali arti sesunggunhnya dari kata aradikalisme ini. Radikalisme berawal dari bahasa yunani yaitu radix yang artinya akar dan isme yang artinya paham atau pemahaman. Radikalisme itu sendiri adalah sebuah pemahaman yang mengakar. Jadi apa salahnya jia kita mempunyai pemahaman yang mengakar ataupun mempelajari sesuatu secara mengakar (mendalam) ? Entah siapa yang menciptakan opini bahwa radikalisme adalah hal yang buruk karena akan membentuk terorisme. Tapi jika kita melihat saat ini bahwa siapapun yang menciptakan opini global ini tentunya mempuyao tujuan yang jelas bahwa dia ingin masyarakat internasional beranggapan bahwa salah satu dogma Agama adalah sumber dari terorisme. Dogama tersebut adalah Islam. Kita bisa melihat secara langsung bagaimana pendeskriminasian agama ini terjadi ketika orang yang berkumis asik dengan percobaan percobaannya dengan hal yang berbahaya maka mereka akan mengatakan mereka sedang bereksperimen, tetapi ketika orang yang berjenggot melakukan hal yang sama maka mereka akan menarik kesimpulan bahwa orang itu merencanakan sesuatu yang jahat dengan cara membuat sebuah bom. Ini adalah sungguh pembodohan yang nyata serta diskriminasi yang nyata karena umat islamlah yang berjenggot tersebut.

Mungkin kawan-kawan sekalian bertanya-tanya mengapa demikian, mengapa Islam dengan radikalisme selalu dikaitkan, ketahuilah sesungguhnya Islam itu sendiri mengajarkan radikalisme, Islam mengajarkan pemeluknya untuk mempelajari sesuatu secara mendalam tidak sepotong-sepotong apalagi hanya luarnya saja. Karena dengan pemahaman yang mendalam kita bisa mengerti akan suatu hal dan kita bisa mengerti apa sebenarnya tujuan kita diciptakan di dunia ini. Dengan pemahaman yang radix ini pulalah kita bisa terlepas dari hal mendaku dan mengakui kebenaran secara sepihak atau mungkin secara kebenaran logika kita, padahal kita tau bahwa lokiga kita itu terbatas dan belum bisa mencapai sesuatu yang berada atau bahkan tak bisa di jangkau oleh ranah logika.

Masih hangat dalam fikiran kita kasus di Tolikara, Papua di mana umat islam harus kehilangan masjid dan ketenangan saat melaksanakan sholat idul fitri, tapi apa itu dikatakan tindakan terorisme ? Tidak ! itu dikatakan sebagai tindakan kejahatan biasa, bukan sebagai terorisme apalagi mengaitkan dengan pemahaman agama. Selain itu ada juga kasus pembantaian seluruh desa umat muslim oleh salah satu kelompok agama di Sulawesi Barat yang sama tidak dikatakan sebagai tindakan terorisme bahkan lebih parah tidak ada satupun media yang meliput ataupun pemerintah yang memperhatikan hal ini. Bahkan dikatakan –entah benar atau tidak- polisi malah membela kelompok yang melakukan pembantaian tersebut dengan cara menghentikan kelompok bantuan untuk umat muslim yang di bantai tersebut. Jika demikan siapa yang pantas dikatakan sebagai teroris ? apakah mereka yang berlaku radikal  ? mempelajari agama secara mendalam ? atau mereka yang memahami agama hanya setengah-setengah ? menurut penulis sendiri mereka yang pantas untuk dikatakan sebagai teroris adalah mereka yang mempelajari agama secara setengah-setengah. Hal ini dikarenankan seorangyang ahli agama harusnya lebih memperhatikan keberagaman dan ketentraman umat karena tidak ada satu agama pun yang mengajarkan akan kekerasan –selama agama itu bukan aliran sesat.

Entah harus menyalahkan siapa tentang sesat fikir mengenai kata radikal ini, karena seperti ada sekelompok orang yang ingin menjatuhkan citra orang-orang yang agamis agar tidak mempelajari agama secara mendalam. Tapi harusnya media sebagai pemberi informasi serta pembentuk opini publik cermat dalam menggunakan kata-katanya dalam setiap pemberitaan jangan sampai mengadakan pemikiran yang mengakibatkan sesat fikir bagi setiap orang.

Begitupun pemerintah harusnya lebih cermat dalam memberikan argumen di depan publik, mereka yang dianggap sebagai reprsentasi dari rakyat harusnya mencerdaskan rakyat bukan malah membodohi rakyat dengan cara melanggar rakyat untuk mempelajari sesuatu secara radikal.Ketahuilah bangsa yang maju adalah bangsa yang di isi oleh orang-orang yang pandai akan keahlihannya dan orang-orang tersebut hanya akan lahir jika dia mempelajari keahliannya secara radikal bukan setengah-setengah.

Jika terorisme akarnya adalah radikalisme maka orang-orang yang dikatakan “teroris” itu lebih pintar dari orang bodoh yang mengatakan akar teroris adalah radikalisme. 

 

#About

Hai, terimakasih telah berkunjung. Saya adalah bongkahan kesederhanaan yang diberi nama Bagus Setiawan Hardono. Berasal dari desa Muntoi Timur, Bolaang Mongondow, Sulawasi Utara

#Blogroll


#Blogger news